Baju Baru Alhamdulillah

Bukan. Bukan karena saya sedang banyak fulus lalu belanja.

Cuma gara-gara sore tadi dengan randomnya membuka kotak peralatan dan kebutuhan jait. Ada setumpuk kain yang dulu dibeli sampai rela uang jajan bulanan habis dan terancam jadi gembel di akhir bulan, yang malah akhirnya cuma jadi pajangan di kos an.

Mending dipanjang, lha ini… nyungsep di kotak dengan tulisan ‘Kripik Balado’.

Hasrat yang tiba-tiba muncul tadi mungkin ditrigger habis ngajarin temen jahit ala-ala. Karena malu masa punya mesin jahit tapi yang pakai orang, sendirinya di cuekin, akhirnya tadi kuambil buluh sebatang kain yang dibutuhkan, kupotong sama panjang (sesuai cetakan baju yang ada dan bukan dari pola. Males euy bikin pola dan ribet), lalu kujahitlah si kain dengan benang, kujadikan baju baru.

Alhamdulillah, walau pun dari jarak dekat akan keliatan cacat sana-sini, yang penting pernah bikin baju yang akhirnya bisa dipakai dan nggak malu buat dipakai lah.

Setengah pengen pamer, setengah ngerasa puas karena setelah sekain lama, akhirnya menjahit lagi. Jadi, boleh lah ya, pajang-pajang sikit fotonya.

Continue reading “Baju Baru Alhamdulillah”

Love Actually

Dari sejak hampir dua puluh tujuh tahun saya hidup, nyaris hampir empat belas tahun terakhir selalu ada jejak menulis yang saya buat. Ya, tentu saja tak pernah selesai karena alasan yang itu-itu saja. Kalau bukan karena tulisan terlalu memalukan untuk dilanjutkan, ya biasanya writer’s block.

Terlepas dari gaya bahasa saya yang sangat amatiran, saya tetap saja menaruh minat untuk hobi yang satu ini. Secara spesifik, saya sangat menikmati menulis cerita fiksi, khususnya romance. Inginnya sih packagingnya sesuai umur, tapi apa daya setiap dibaca, pasti harus berbesar hati bahwa gaya menulis saya mungkin setara dan cocok untuk usia remaja. Namanya juga bukan profesional. Jadi, saya mencoba berbesar hati. Mungkin saya hanya butuh waktu untuk terus menulis dan belajar dan banyak membaca agar semakin lama terus ada peningkatan dalam kualitas penulisan saya. Pun, juga semakin mengasah otak saya untuk menulis cerita yang menarik.

Dan sebuah pencapaian adalah untuk pertama kalinya sejak empat belas tahun saya menulis fiksi terutama, akhirnya ada satu cerita yang berhasil saya selesaikan. Cerita fiksi yang masih tentang cinta. Iya, topik yang selalu sama karena selain memang itu yang paling mudah untuk saya tulis juga itu satu-satunya topik yang nggak akan ada habisnya untuk dibahas.

Dan bagi saya,

Tidak akan seorang pun yang bisa menghargai karya atau apa yang saya tulis, jika saya tak lebih dulu menghargainya

Continue reading “Love Actually”